Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

 

Belakangan ini dunia maya dihebohkan dengan kata "resesi". Saking populernya kata ini, banyak orang khawatir membuat harapan di tahun 2023. Tahun yang akan datang juga diperkirakan akan menjadi tahun kelam.
Resesi adalah istilah ekonomi yang menggambarkan ekonomi suatu negara yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Pengertian Resesi 

Resesi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana output ekonomi suatu negara melambat atau memburuk. Perlambatan perputaran ekonomi ini bisa berlangsung cukup lama, bahkan bertahun-tahun, jika pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat selama dua kuartal dan tetap stabil.
Produk domestik bruto sendiri dapat diartikan sebagai kinerja ekonomi suatu negara selama periode waktu tertentu. Sehingga ketika suatu negara mengalami penurunan kegiatan ekonomi secara terus menerus selama dua periode, maka dapat dikatakan negara tersebut sedang mengalami resesi.
Sementara itu, Biro Riset Ekonomi Nasional AS (NBER) mendefinisikan resesi sebagai kondisi di mana aktivitas ekonomi suatu negara menurun secara signifikan selama beberapa bulan dalam hal PDB, pendapatan, tingkat pengangguran, produksi industri, perdagangan grosir dan eceran. . Penjualan

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Ada beragam faktor yang memicu terjadinya resesi pada suatu negara. Faktor-faktor penyebab terjadinya resesi adalah sebagai berikut.

1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik itu harga barang maupun jasa. Adanya kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti juga dengan penurunan produksi barang dan jasa.

Jika dibiarkan dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal, kemiskinan, dan terjadi resesi.

2. Deflasi Berlebihan

Seperti halnya inflasi, deflasi dapat berdampak negatif dan memicu resesi. Deflasi adalah suatu kondisi di mana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan upah yang dibayarkan.

Deflasi juga ditandai dengan penundaan pembelian barang atau jasa hingga harga terendah tercapai. Hal ini tentu sangat riskan bagi pengusaha. Pasalnya, daya beli masyarakat cenderung meningkat, namun pengusaha justru perlu menekan biaya produksi sehingga merugikan perusahaan. Ketika individu atau badan usaha menghentikan kegiatan ekonomi, seperti penggunaan uang, tidak menutup kemungkinan kondisi ekonomi yang ada akan rusak.

3. Gelembung Aset Pecah

Penyebab resesi selanjutnya adalah pecahnya gelembung aset. Ini bisa terjadi ketika investor bertindak terlalu tergesa-gesa.

Misalnya, saham dan real estat dibeli secara massal dengan asumsi harga akan naik dengan cepat. Kemudian, ketika ekonomi goyah, mereka menjualnya bersama-sama, menyebabkan penjualan panik dan resesi yang disebabkan oleh kehancuran pasar.

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Faktor lain yang memicu resesi adalah guncangan ekonomi yang tiba-tiba. Hal ini ditandai dengan hilangnya daya beli yang disebabkan oleh kesulitan keuangan dan masalah serius lainnya, seperti B. Hutang yang menggunung.

Akumulasi utang mempengaruhi pertumbuhan utang bunga, yang mengarah pada non-pembayaran atau tunggakan.

5. Perkembangan Teknologi

Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan teknologi turut menjadi faktor adanya resesi. 

Hal ini bisa terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan yang banyak digantikan oleh teknologi terkemuka seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Alhasil, lapangan pekerjaan akan menurun drastis dan membuat angka pengangguran meningkat.

6. Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi pemicu berikutnya. Barang dan jasa yang diproduksi secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen.

Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan menipisnya laba perusahaan dalam negeri.

7. Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua Kuartal Berturut-Turut

Salah satu indikasi resesi adalah adanya penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang dinilai dari melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.

8. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar ketimbang ekspor. Hal Ini bisa memberikan efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya penurunan pendapatan nasional.

9. Tingginya Tingkat Pengangguran

Tingginya angka pengangguran suatu negara bisa mengindikasikan negara tersebut mengalami resesi. Sebab, tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran perekonomian suatu negara.

Apabila angka pengangguran meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik. 

Secara garis besar, resesi adalah situasi yang muncul karena berbagai faktor. Misalnya krisis keuangan, salah mengambil keputusan perekonomian, adanya disrupsi rantai pasokan, disrupsi perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, sampai dengan faktor yang ada di luar kuasa manusia seperti bencana alam ataupun pandemi.

 

Baca Juga: Mengenal Istilah Ekonomi Middle Income Trap dan Strategi Mengatasinya

 

Dampak Adanya Resesi Ekonomi

Dampak resesi adalah akibat yang muncul dan mempengaruhi beberapa pihak antara membawa dampak pada pemerintahan, perusahaan, dan para pekerja.

1. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Pemerintahan

Resesi ekonomi memukul pemerintah cukup keras. Tentunya, ketika kondisi ini terpenuhi, angka pengangguran akan meningkat dan pemerintah terdorong untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Akibatnya, kredit ke bank asing meledak.

Adanya resesi juga menurunkan penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Hal ini disebabkan memburuknya situasi keuangan masyarakat dan jatuhnya real estate. Hal ini mengurangi jumlah PPN yang mengalir ke kas negara.

Di sisi lain, pemerintah terus didorong untuk mengembangkan sektor publik juga. Salah satunya menjamin kesejahteraan masyarakat. Terlepas dari semua permintaan yang ada dan pendapatan pajak yang menurun, negara ini mengalami defisit dan utang nasional lebih tinggi.

2. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Perusahaan

Resesi adalah kondisi perekonomian yang mampu membuat perusahaan jatuh bangkrut. Hal Ini diakibatkan menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan dan mengancam arus kas.

Pada akhirnya, perusahaan akan memangkas biaya operasional dan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan, sampai dengan mengambil keputusan berat untuk melakukan efisiensi pegawai (PHK).

3. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Para Pekerja

Adanya dampak resesi adalah dampak yang tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan perusahaan, akan tetapi para pekerja turut terkena imbasnya. 

Area bisnis yang ditutup serta efisiensi pegawai yang dilakukan untuk menekan biaya operasional membuat banyak orang kehilangan pekerjaan akibat adanya PHK. Pekerja yang tidak terkena PHK pun ikut dirugikan dengan pemotongan upah yang didapat.

Hal ini menjadi pendorong adanya ketidakstabilan sosial, kesenjangan yang semakin menjamur dimana-mana, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Resesi Adalah

Image Source: Freepik

Cara Pencegahan Resesi

Resesi adalah keadaan yang cukup mengancam banyak sektor. Namun, bukan berarti resesi ekonomi tidak dapat dicegah. Berikut ini cara pencegahan resesi.

1. Belanja Besar-Besaran Oleh Pemerintah

Cara pencegahan resesi adalah dengan memperkuat daya beli. Strategi yang bisa diterapkan yaitu dengan belanja besar-besaran agar perputaran ekonomi tidak macet dan dunia usaha tergerak untuk bisa terus berinvestasi.

2. Bantuan UMKM

Resesi adalah krisis yang bisa terjadi pada banyak sektor salah satunya UMKM. dengan menyalurkan bantuan terhadap UMKM berupa UMKM produktif dan kredit bunga rendah, diharapkan roda perputaran ekonomi dapat berjalan dengan baik.

 

Baca Juga: Cara Memperoleh Pinjaman Modal Usaha Untuk UMKM

 

3. Menarik Kepercayaan Investor

Selain kedua hal di atas, cara pencegahan resesi adalah dengan membuat kebijakan yang efektif dan diharapkan mampu menarik para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga, nantinya bisa tercipta perputaran ekonomi yang lebih baik lagi.

Jangan Panik, Ini Dia Cara Menghadapi Resesi Ekonomi

Melejitnya kata resesi di berbagai media dan platform online membuat masyarakat kian resah dan rasa panik mulai menghinggapi satu per satu masyarakat Indonesia. Ada banyak konten yang beredar tentang betapa seramnya situasi yang akan terjadi bila resesi datang.

Namun, patut kita sadari jika tidak semua informasi yang beredar bisa dicerna secara mentah-mentah. Sebab, tidak sedikit dari informasi tersebut yang justru menakut-nakuti tanpa memberikan edukasi yang tepat, khususnya bagi masyarakat awam.

Fenomena ini umumnya dikenal sebagai fear mongering, yaitu suatu tindakan dimana individu atau kelompok tertentu dengan sengaja memanfaatkan kerentanan orang lain terhadap suatu hal yang beresiko. Alhasil, orang yang merasa cemas atau takut akan semakin ketakutan dan bisa berujung pada terganggunya kesehatan mental, seperti depresi.

Meskipun resesi adalah kata yang memiliki konotasi negatif, Anda tidak perlu panik. Berikut ini beberapa cara mengatur uang yang bisa Anda lakukan dalam menghadapi resesi ekonomi.

1. Jangan Boros, Usahakan Untuk Berhemat

Belilah kebutuhan seperlunya dan usahakan kebutuhan pokok terpenuhi dengan baik. Hal ini bertujuan agar dana yang tersisa bisa dialokasikan untuk hal lain yang lebih penting seperti melunasi hutang, menabung atau berinvestasi, serta mempersiapkan dana darurat.

2. Melunasi Hutang yang Ada

Usahakan untuk lebih konservatif terhadap hutang. Khususnya berhutang untuk tujuan konsumtif. Proporsi hutang atau debt service ratio yang sehat yaitu dibawah 30% dari penghasilan bulanan yang Anda miliki. Namun, karena Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi resesi, ada baiknya proporsi tersebut diubah menjadi lebih kecil.

Selain itu, pastikan hutang-hutang yang Anda miliki bisa segera dilunasi. Anda dapat memulainya dari hutang dengan bunga besar. Sebab, hutang dengan bunga besar akan sangat mempengaruhi arus kas Anda.

3. Siapkan Dana Darurat dan Asuransi

Dana darurat yang perlu dipersiapkan idealnya 3-6 bulan dari jumlah pengeluaran bulanan Anda. hal ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga jika hal buruk terjadi saat masa resesi tiba.

Selanjutnya yaitu asuransi. Asuransi masih tetap diperlukan khususnya asuransi kesehatan untuk meminimalisir terganggunya kas keuangan saat tiba-tiba diperlukan dana dalam jumlah besar untuk masalah kesehatan.

4. Mulai Mencari Pendapatan Tambahan

Berhemat memang bisa membantu Anda dalam menjaga kondisi finansial yang tetap sehat. Namun, ada baiknya jika Anda juga memiliki pemasukan tambahan agar dana yang terkumpul bisa mencukupi kebutuhan mendadak yang mungkin terjadi kapan saja.

5. Berinvestasi dan Menabung

Seperti halnya berhemat dan mencari penghasilan tambahan. Menabung dan investasi untuk menghadapi adanya resesi adalah sama pentingnya untuk memperkuat fondasi keuangan Anda. upayakan untuk menabung sedikit lebih banyak dari biasanya, terutama menabung untuk dana darurat.

6. Kelola Pos Keuangan dengan Efektif

Supaya terhindar dari pemborosan, alangkah baiknya Anda mulai mengelola pos keuangan terutama pengeluaran. Pisahkan mana kebutuhan pokok dan keinginan.

Harapannya, dengan mengelola pos keuangan ini Anda bisa lebih bijak dalam membelanjakan uang yang Anda miliki.

7. Mengajukan Pinjaman Dana Untuk Hutang Produktif

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu cara yang bisa kita tempuh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi resesi adalah dengan mencari penghasilan tambahan. 

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan. Misalnya dengan membuka usaha sendiri. Tidak harus dengan modal banyak, asalkan Anda konsisten dan tetap optimis, usaha apapun bisa menghasilkan omzet bulanan yang lumayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]